"keadilan" adalah hak setiap orang.
"kebenaran" tidak boleh disembunyikan.
dua kalimat yang sangat mudah ditulis dan diucapkan.
tapi sulit direalisasikan.
karena "rasa takut" dalam diri kita terlampau besar.
kita takut akan dimusuhi,
kita takut akan dibalas,
bahkan kita takut mati dalam menegakkan "keadilan" dan "kebenaran" itu.
takut dimusuhi ?
lebih takut mana,
dimusuhi para penjahat, atau dimusuhi Tuhan ?
takut ada yang balas dendam?
bukankah saat kita menegakkan "keadilan" dan "kebenaran" sudah ada komitmen dalam diri kita ?
kita punya nyali tuk lakukan itu semua, karena "INILAH SEHARUSNYA YANG KITA LAKUKAN !!!"
"inilah seharusnya.." karena ini bukan hanya saran dari Tuhan..
tapi ini adalah perintah dari Tuhan "untuk menegakkan keadilan dan kebenaran".
mereka (penjahat) mungkin mendendam..
tapi di akhirat nanti, Tuhan menyambut kita dengan senyuman bangga-Nya.
takut terbunuh dalam menegakkan keadilan dan kebenaran ?
bukankah hidup dan mati sudah ada takdirnya, kapan.. dimana.. dan dengan cara apa...
ingin mati terhormat, atau mati sebagai pecundang !!??
takut, karena lawan kita adalah penguasa atau memiliki kekuatan yang lebih besar dari kita.
besar mana,
KEKUATAN TUHAN atau KEKUATAN MANUSIA BERHATI IBLIS ???
dan bila "menegakkan keadilan dan kebenaran" itu adalah perintah Tuhan, bukankah itu berarti kekuatan hebat Tuhan ada di pihak kita ??!!
lalu untuk apa kita masih takut ?
jadikan "kalah dalam menegakkan keadilan dan kebenaran bukanlah pilihan !!" sebagai penyemangat dalam diri kita.
atau,
"lebih baik melawan sampai mati, daripada hidup dalam kemunafikkan dan kejahatan hidup !!"
sebagai harga mati dalam semangat kita, untuk menegakkan keadilan dan kebenaran !!
musuh penulis, lumayan banyak.
yang membenci, mencibir dan merendahkan juga cukup banyak.
tapi bagi penulis, itu bukan ancaman.
bagi penulis, mereka adalah pihak yang terancam karena jalan pemikiran penulis.
apa salah, bila penulis mengatakan dan mengingatkan bahwa
"keadilan dan kebenaran harus ditegakkan, tanpa pandang bulu, tanpa rasa takut, dan tanpa peduli kapan pun dan dimana pun" ??
dalam beberapa masalah, penulis harus berdebat dan terpisah dengan kawan dekat sendiri.
bahkan diancam akan dilaporkan ke pihak terkait.
masalahnya apa?
saat itu penulis harus memilih antara "tetap bersahabat dengan sahabat yang non-muslim, tapi tidak pernah bikin masalah SARA" atau "melepas sahabat non-muslim dan mengikuti kemauan sahabat yang seagama, tapi memiliki kebencian membabi buta terhadap non-muslim, karena terprovokasi pemikiran fanatik yang berlebihan".
saat itu setelah terlebih dahulu mendalami masalah tersebut, penulis memilih tetap bersahabat dengan sahabat yang non-muslim, dan memberi pilihan kepada sahabat yang seagama,
apa dia masih mau bersahabat dengan penulis atau tidak, ya silahkan.
perdebatan sengitpun terjadi.
segala cara dan penjelasan yang masuk akal coba penulis jelaskan.
namun apa daya, cara berpikirnya sudah terprovokasi terlampau berat.
bahkan, dia bukan hanya mengharamkan dan menajiskan ikatan persahabatan dengan non-muslim, tapi juga berani mengatakan penulis telah menjadi kafir.
kaget bukan kepalang.
darah ini mendidih menahan amarah.
tapi penulis tetap berusaha menahan suasana agar tetap sedingin mungkin.
namun apa daya, kata-kata kasar penuh kutukan dari sahabat penulis yang telah terdoktrin cara berpikir yang penulis anggap salah (karena tidak pernah diajarkan dalam Islam tentang haramnya sebuah persahabatan antar agama).
akhirnya, pecahlah batas kesabaran penulis.
saat itu, dia mengatakan bahwa memusuhi non-muslim adalah bagian dari jihad fisabilillah,
penulis balas pemikirannya tersebut.
"bagaimana mungkin semua ini (mengharamkan persahabatan antar agama) bisa digolongkan dalam bagian jihad fisabilillah, bila sang pelaku jihad (pembenci agama lain) masih memelihara dan menyuburkan sifat-sifat syetan penyebar kebencian dan permusuhan di dalam dirinya.
sedangkan, bukankah berjihad itu harus diawali dalam diri kita sendiri ?
dan yang penulis tahu saat bertanya hal ihwal berjihad ini,
berjihad harus dengan ilmu dan tidak boleh membawa kebencian.
entah bisikkan syetan apa lagi, sanggahan yang diucapkan penulis, dia anggap sebagai permusuhan terhadap dirinya, gurunya (yang telah memberikan doktrin keras) dan pasukan jihad tempat dia bernaung.
bahkan dia mengancam akan melaporkan hal ini, agar mereka datang dan menghukum penulis.
dalam keadaan masih emosi, penulis menantang dia untuk membuktikan omongannya.
karena saat itu, tersirat dalam pikiran penulis untuk mengetahui siapa sebenarnya pemberi doktrin keras ini.
apa saat itu penulis merasa takut ?
tidak.
justru timbul penasaran tentang sosok guru yang selalu dia banggakan dan dia agungkan tersebut.
tanpa penulis sadari, perdebatan ini sampai ke telinga sahabat yang lain.
dan mereka pun menyatakan siap memberikan dukungan bila memang ternyata nantinya semua masalah ini berujung pada pertikaian.
namun hari demi hari..
bahkan telah lima tahun lamanya..
sahabat penulis yang berubah 100% tersebut tidak pernah datang kembali.
bahkan pada tahun pertama, setelah idul fitri, penulis dam sahabat yang lain pernah mencoba mencari keberadaannya.
bahkan saat tempat tinggal keluarganya kami temukan, mereka (orang tuanya) telah berbulan-bulan tidak pernah tahu keberadaannya.
setelah sering cekcok dan berdebat dengan keluarganya, tentang jalan pemikiran barunya tersebut, dia mengatakan akan pergi merantau berguru lebih lanjut kepada gurunya.
sebelum pergi dia sempat mengambil paksa uang simpanan ibunya dari lemari.
dengan dalih untuk makan dan syarat pembayaran untuk menimba ilmu jihad atas perintah gurunya.
keluarganya menangis khawatir akan keselamatan puteranya tersebut, dan bingung atas perubahan sikap yang drastis yang ditunjukkannya terhadap keluarga dan lingkungannya.
saat disarankan untuk melaporkan hal ini ke pihak berwajib, pihak keluarga tidak mau melakukannya.
dengan berbagai alasan yang masuk akal.
ada penyesalan di hati penulis.
kenapa saat itu penulis harus mendebatnya dengan keras.
kenapa penulis tidak berusaha berkepala dingin, dan mengorek keterangan lebih dalam.
namun nasi telah menjadi bubur.
penulispun tidak tahu akan ada kejadian seperti ini.
namun setidaknya penulis tidak ikut terbujuk rayuannya tuk bergabung dalam aliran aneh tersebut.
karena teori dan doktrin jihad aliran tersebut, bagi penulis sudah melampaui keseharusannya dalam ajaran syariat Islam.
Karena Islam itu adalah agama yang lembut, melarang kebencian, dan menghindari kekerasan, kecuali dalam keadaan tertentu (sesuai syariat Islam dan ajaran Rasulullah SAW).
penulis mungkin telah kehilangan sahabat satu agama nya.
tapi setidaknya penulis masih bisa mempertahankan keyakinannya dan menjaga nama baik Islam di mata sahabat penulis yang non-muslim.
penulis tetapkan prinsipnya,
yang benar tetap benar, dan yang salah tetap salah, tanpa pandang siapa dan dimana.
entah kalau penilaian Allah tentang semua kejadian ini.
semoga Allah mengampuni bila penulis telah salah, dan memberikan kekuatan bila memang benar.
amin.
catatan;
-ini kisah lama penulis, tanpa berniat memojokkan suatu pihak,
-semoga ada hikmah dari pengalaman ini,
-semoga Allah memberikan kita kekuatan dalam menegakkan dan keadilan, sesuai harapan-Nya.
Amin.
(cell: keadilan dan kebenaran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar