"takdir memang kejam"
karena saat ku mengharap dan berusaha menciptakan kebahagiaan, takdir malah menghadapkan kita pada kesedihan.
"takdir tidak kejam".
kenapa?
bukankah takdir hanya sebuah kisah ciptaan Tuhan?
dan dibalik kisah itu ada makna yang mengandung ilmu hidup dan kehidupan yang sangat hebat, sangat luhur dan sangat bermanfaat untuk kisah hidup kita ke depan.
penulis, adalah salah satu orang yang pernah marah dan memaki Tuhan, atas takdir hidupnya yang penuh kesedihan, karena hinaan dan pengrendahan derajat hidupnya oleh orang lain.
ya...
dulu penulis menyatakan perang terhadap Tuhannya.
mungkin terdengar lucu, bodoh dan bisa di bilang murtad.
tapi bila anda berpikir bijak dengan ilmu, itu adalah tindakan wajar dari sebuah kekecewaan manusia terhadap Sang Khalik.
pasti anda pun pernah mengalaminya.
dan anda protes kepada Tuhan, tanpa anda sadari, atau tidak.
disini, penulis ingin mengingatkan, tentang makna besar dari sebuah takdir yang kita rasa begitu kejam dan tidak
adil.
yang sebenarnya, di dalam kejadian itu, ada dan harus kita yakini, ada rahasia ilmu, ada makna yang Tuhan anggap itulah yang terbaik untuk kita.
nah, bila Tuhan menganggap itu "yang terbaik" untuk kita, apa kita masih meragukannya ?
kita masih ragu?
itu wajar....
karena kita memiliki daya pikir yang terus berputar.
karena kita ada diantara dua jalan pikiran yang bertentangan.
karena kita ada di antara bisikkan malaikat yang selalu mengajak kita bersabar dan positif thinking, dan bisikkan syetan yang selalu mengajak kita marah, negative thinking dan berpikiran pendek.
penulis alami juga semua itu.
namun mungkin karena keseringan mengalami semua itu, penulis menemukan satu celah pemikiran.
"rasa marah adalah bukti bahwa kita manusia yang memiliki kebutuhan dan menginginkan perhatian Tuhan.
dan sikap bijak kita dalam menjalani dan menyikapinya adalah bukti bahwa kita sudah mendapat perhatian Tuhan"
maksud penulis,
saat kita kesal, marah dan bahkan mengutuk keras Tuhan atas buruknya skenario hidup yang dibuat oleh Tuhan untuk kita, adalah perasaan "bagai di anak tirikan", disaat kita sedang benar-benar membutuhkan perhatian-Nya.
apakah orang lain berhak menilai "murtad" ?
tidak !!!
karena itu adalah bagian dari sifat kita sebagai manusia yang manusiawi.
dan harus ditekankan,
urusan murtad atau tidak, bukankah itu hak penilaian Tuhan ?
lalu apa hak kita merebut hak-Nya tersebut !!??
apa kita sudah merasa lebih hebat dari Tuhan, dan merasa diperbolehkan merebut "hak penilaian-Nya" tersebut ??
jadi siapa yang sebenarnya "murtad" ?
"manusia yang kita nilai murtad" atau "kita yang menilai orang lain murtad" ??
makanya, hati-hati dalam menyikapi hal ini.
kembali ke masalah awal:
bila kita anggap kisah hidup yang tidak sesuai dengan harapan dan angan-angan kita adala "takdir yang kejam",
lalu kita marah kepada Tuhan,
apa manfaatnya......!!???
toh kita tidak bisa melawan Tuhan dan merubahnya...
teriak marah sampai pita suara putus pun tak ada gunanya !!
ngamuk-ngamuk pun tak akan bisa memecahkan masalah !!!
mendendam sampai kiamat pun hanya akan merugikan diri kita sendiri !!!
lalu kita harus bagaimana !!???
"berpikirlah !!!"
"ber-istighfar-lah !!!"
"berpikirlah" dengan cepat !!
kenapa semua malah seperti ini ??
apa salah kita ?
apakah memang kita tak berhak mengalami angan-angan itu dengan nyata ?
dan yakinlah,
Tuhan merencanakan sesuatu yang lebih baik dari angan-angan itu.
dan Tuhan telah merencanakan sesuatu "yang terbaik untuk kita".
tapi aku maunya yang itu (yang selama ini diangan-angankan).
loh...
pilih mana?
"yang baik" atau "yang terbaik"?
pasti kita akan pilih yang terbaik.
karena di dalam "yang baik" belum tentu ada "yang terbaik".
tapi di dalam "yang terbaik", pasti ada yang baik di dalamnya
jadi,
masih pilih "yang baik" atau sudah siap move-on tuk memilih "yang terbaik" ?
memilih "yang terbaik" ?
- berarti jalan pemikiran anda sudah upgrade ke level kehidupan yang lebih tinggi.
- berarti anda sudah tidak marah-marah, kecewa dan mengutuk serta mendendam terhadap Tuhan..
tapi kapan "yang terbaik" itu bisa mulai kita nikmati ?
- sudah siapkah anda ?
- sudah cukup kah ilmu anda untuk menjalankannya ?
- sudah siapkah anda untuk mempertanggungjawabkannya ?
maka dari itu sabarlah...
siapkanlah mental kita terlebih dahulu..
dulu penulis marah, ngambeuk, mendendam tapu tidak berkepanjangan.
karena penulis yakin,
Tuhan Maha Adil, walau belum dapat penulis rasakan semua itu dengan memuaskan.
penulis yakin,
semua perlakuan hidup mereka terhadap penulis, yang menyakitkam hati dan sempat mematahkan semangat hidup penulis, adalah sebagian pembelajaran dari Tuhan untuk penulis, sebagai dalam menjalani yang hak dan yang terbaik dari-Nya untuk penulis.
semuanya akan penulis tunggu dan penulis jalani dengan sabar.
karena marah tak ada gunanya
"sabar..sabar..sabar.."
kalimat yang selalu penulis jadikan obat saat hati terluka.
"yakinlah.."
kata yang selalu penulis jadikan penghibur dikala lara.
"bila pendosa saja masih yakin akan keadilan Tuhan, kenapa harus kalah dan mati karena perlakuan buruk ?"
mereka bersujud !!!
mereka bilang, mereka takut sama Tuhan !!
tapi kenapa mereka tidak pernah takut Tuhan murka, di saat mereka menyakiti Tuhan, dengan perlakuan buruk mereka terhadap sesama !!!???
tapi kita,
sudah diperlakukan buruk oleh sesama, tapi tidak membalas dan mendendam.
"siapa yang sebenarnya merugi !!????"
kita tetap sabar dalam menjalani takdir hidup yang kita anggap kejam ini, tanpa marah dan tidak mendendam terhadap Tuhan.
tapi mereka, menikmati takdir hidup indah mereka, tapi lupa bersyukur, lupa akan nasib sesamanya !!!
siapa dalam kejadian ini yang sebenarnya merugi ???!!!!
dan siapa yang sebenarnya sangat beruntung !!????
takdir tidaklah kejam.
takdir terasa kejam karena cara berpikir kita yang sempit.
takdir terasa sangat kejam, karena lemahnya mental kita dalam menghadapinya.
takdir menyengsarakan, karena kita tak mampu mengendalikan nafsu kita.
takdir itu indah.
indah bila dijalankan oleh seluruh manusia yang berotak waras !!!
takdir yang indah mungkin belum sepenuhnya kita rasakan.
tapi setidaknya, kita masih menjadi "manusia yang waras" dalam menjalani takdir kehidupan ini.
(cell, 14 oktober 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar