Tuhan ciptakan perbedadan dengan tujuan-Nya.
Tuhan ciptakan kita semua dengan sebuah perencanaan yang matang.
Tuhan ciptakan kita semua dengan sebaik mungkin.
Tuhan sempurnakan kita dibalik segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki.
Dalam sebuah kekurangan (wujud), Tuhan sisipkan sebuah kelebihan.
Dalam sebuah kelebihan, Tuhan sisipkan sebuah kekurangan.
Itulah salah satu bukti keadilan Tuhan.
Jadi untuk apa kita sibuk menilai kekurangan orang lain, padahal kita sama-sama hasil karya-Nya ?
Jadi untuk apa kita marah saat kekurangan kita dihina oleh orang lain, toh pada hakekatnya bukan kita yang sedang dihina oleh mereka, tapi mereka sedang menghina kasil karya Tuhan.
Jadi secara tidak langsung, mereka mengatakan bahwa karya Tuhan itu jelek, dan mereka lebih baik.
Padahal yang menghina dan yang dihina adalah sama-sama karya Tuhan.
Bagaimana bisa seseorang yang diciptakan oleh Tuhan menghina hasil karya penciptanya sendiri.
Coba bayangkan, bila kita membuat sebuah karya seni.
Kita habiskan tenaga dan banyak waktu kita dalam proses pembuatan karya seni tersebut, agar mendapatkan hasil yang sempurna.
Kemudian setelah selesai, tiba-tiba datang seseorang dan menghina hasil karya seni yang telah kita buat tersebut.
Bagaimana perasaaan kita ?
Padahal kita sudah bersusah payah membuatnya, tapi malah dihina.
Begitupun dengan Tuhan.
Bayangkan perasaan-Nya saat hasil jerih payah-Nya (karya-Nya) kita hina.
Padahal Tuhan berkuasa penuh atas nasib kita ke depannya.
Masih berani mengaku takut dengan Tuhan tapi masih berani menghina hasil karya-Nya
========cell======15/10/2017=======
Suatu hari saat sedang duduk rame-rame sambil nongkrong di antara sejuknya hawa perkebunan teh Puncak.
Di depan kami melintas beberapa orang keturunan Tionghoa.
Tiba-tiba salah seorang sahabat dari sahabat ku berkata
"Dasar China kafir !!"
Rupanya mereka, orang-orang keturunan Tionghoa tersebut mendengar ucapan kasar tadi.
Mereka sempat melirik sebentar, kemudian cepat-cepat pergi dengan tergesa-gesa.
Aku bertanya kepada dia, orang yang baru berkata perkataan tersebut,
"Apa kamu membenci mereka ?"
Jawabnya "iya.." dengan berbagai alasan yang bagiku sangat munafik.
Karena dia begitu mudahnya mencap "kafir" dan mencap mereka (orang tionghoa) yang melintas tadi dengan berbagai hinaan dan penilaian yang sangat merendahkan martabat mereka sebagai manusia.
Kemudian aku tanya,
"Bagaimana kalau posisinya terbalik ?
Kita hidup di negara mereka, kemudian kita melintas di depan mereka , lalu salah satudari mereka menghina kita, padahal kita merasa kalau kita tak pernah punya masalah dengan mereka.
Bagaimana perasaan kita ?"
Responnya langsung meninggi.
Tapi sebelum suasana makin panas, salah satu sahabat ku (yang telah membawa orang tersebut ikut nongkrong bersama kami) langsung membawanya pergi dan menyuruhnya meninggalkan kami secepatnya.
Karena sahabat ku tahu, bila sahabat ku yang lain ikut merespon bisa membahayakan keselamatan sahabat yang dibawanya tersebut.
Kenapa saat orang tersebut menghina orang-orang keturunan Tionghoa yang melintas kemudian aku meresponnya ?
Tak sedikitpun ada niat dalam hati ini untuk menjadi seorang pembela.
Apalagi menjadi sok pintar dan sok jagoan.
Tapi aku teringat nasehat seseorang saat diperantauan.
Saat mencoba bertahan hidup di kota yang baru pertama kali ku singgahi.
Tanpa sanak saudara yang bisa membantu ku, bila terjadi sesuatu dengan ku.
Mencoba bertahan hidup dengan rezeqi seadanya yang ku dapat dari gaji yang jauh (kurang) dari kebutuhan hidup ku untk bisa bertahan hidup.
Saat mencoba mencari penghasilan tambahan.
Kadang kena palak juga.
Yang kemudian pernah ribut dengan tekad "menang atau kalah, hidup atau mati, yang penting benar".
Semua itu demi bertahan hidup di kota orang lain.
Hingga pernah suatu hari harus dihadapkan pada dua pilihan.
Korupsi uang bos atau kelaparan ?
Di saat itulah bertemu seorang Bapak-bapak yang numpang berteduh di depan tempat ku bekerja.
Disaat jenuh karena tidak ada pekerjaan, iseng-iseng aku keluar dan ngobrol ngaler-ngidul dengan Bapak tersebut.
Ternyata setelah ngobrol panjang lebar dan mendengar kisah hidup Bapak tersebut, aku mendapat banyak pelajaran dan berbagai nasehat bijak darinya.
"Semua manusia sama, sama-sama ciptaan Gusti Allah.
Kalau kita menghina ciptaan Gusti Allah, sama saja kita menghina hasil kerja keras Gusti Allah...
Mau yang hitam... mau yang putih.... mau yang belotot.... mau yang sipit..... mau yang bagaimanapun sama-sama ciptaan Gusti Allah...."
"Sebelum menghina orang lain karena sesuatu yang kita tidak suka darinya, cobalah bayangkan bila kita ada diposisinya, kemudian dihina oleh orang lain....
Apa yang kita rasakan ??"
"Kekurangan dan kelebihan yang tampak pada seseorang itu hanyalah cangkang...
dan cangkang itu adalah sebuah ujian...
Apakah isi dari cangkang tersebut sempurna atau tidak, hanya Gusti Allah yang tahu.
Tapi kalu kita ingin melihat gambarannya maka perhatikan sifat dan sikapnya.
Apakah lebih mendekati sikap dan sifat tauladan para Nabiyullah dan Rasulullah atau sifat dan sikap Syetan ?
Apakah lebih berat pada kebaikkan atau keburukkan ?
Apakah akan menciptakan manfaat atau madarat ?
Akan menciptakan kedamaian atau perpecahan ?
Karena cangkang banyak dimanfaatkan oleh Syetan untuk menipu yang awam.
Agar tidak mudah tertipu cangkang, maka jagalah jalan pikiran dan hati nurani.
Karena jalan pikiran dan hati nurani adalah dua benteng terakhir manusia dalam peperangannya menghadapi serangan pasukan Syetan.
Bila dua benteng ini sudah dikuasai pasukan Syetan, maka kalahlah dirimu sebagai manusia, dalam mempertahankan jati dirimu sebagai manusia.."
Dan masih banyak lagi nasehat-nasehat bijak lainnya, yang sebelumnya tidak sempat terpikir oleh ku.
Hingga, saat Bapak tersebut hendak pergi, karena penampilannya yang seperti pengemis (maaf), maka aku berniat memberikan uang jatah makan ku untuknya.
Tapi Bapak tersebut menolaknya dengan halus.
Katanya aku lebih membutuhkan uang itu daripada dirinya.
Dan malah dia yang memberi ku uang.
Cukup untuk biaya makan selama satu minggu, sampai akhir bulan.
Katanya itu rezeqi aku yang dititipkan melalui Bapak tersebut.
Bingung kan ??
Aku lebih bingung lagi saat itu .........
Masih banyak pengalaman aneh lainnya selama tinggal dan bertahan hidup di perantauan.
------------------------------------------------------------------------
Kembali ke
"....semua sama-sama ciptaan Gusti Allah...."
Jadi, apa karena orang lain berbeda dengan kita lalu kita berhak menghinakannya ?
Apa karena Ras/rumpun bangsa lain lebih sukses dari kita lalu kita berhak syirik dan membencinya ?
Dan apa karena ada orang lain seperti aku yang dianggap membela mereka (yang tak bersalah namun berbeda RAS) terus dicap sebagai "sok pahlawan, cari muka, antek mereka, dan lain sebagainya" ?
Kalau orang lain tersebut (mau berbeda atau sama RASnya) bersalah atau melakukan kesalahan, akupun tak mungkin membela mereka.
Karena bagiku,
"mau kawan ataupun lawan, kalau SALAH ya SALAH, kalau BENAR ya BENAR"
Karena aku tak mau bila suatu hari nanti harus berbenturan dengan kekuasaan Allah SWT.
Bagaimana bila ternyata orang yang kita cap kafir tapi dikemudian hari mendapat hidayah dari Allah SWT dan menjadi orang yang lebih beriman dari kita, kan bisa malu nanti di hadapan Allah SWT.
Berani-beraninya mendahului hak-hak pribadi Allah dan menilai rahasia-Nya sesuka hati.
Padahal tak sedikitpun kita mengetahui rahasia-Nya tersebut tentang nasib seseorang dikemudian hari.
Lalu kita menghina hasil karya Allah SWT karena kita tidak menyukainya.
Padahal kita sendiripun adalah hasil karya-Nya.
Bukannya bersyukur karena Allah memberikan kita kelebihan, malah menghina hasil karya-Nya yang lain.
Katanya takut sama Allah SWT, tapi kok malah menantang amarah-Nya ?
=============cell====15/10/2017======= Nah lhooooooo=======
SSSSSSSssssssssttttttttttt...........
Disini ada seorang tetangga yang kayaknya anti china dan barat banget.
Dia selalu ngotot, katanya ekonomi hancur gara-gara orang China.
Katanya kita diperbudak oleh orang barat, terutama Yahudi kafir.
UUUPSSS....!!
Maaf.... saya tidak sependapat dengan pemikiran itu.
Saya adalah warga Negara Indonesia, asli pribumi.
Pantrang bagi saya untuk membenci sebuah kaum sebelum jelas inti permasalahannya.
Saya akui, orang China jago dalam hal hal ekonomi.
Dan orang barat jago dalam hal pengembangan tekhnologi.
Bagi saya pribadi, orang china yang katanya jago dalam hal ekonomi bukan untuk dimusuhi.
Tapi didekati, kemudian dipelajari ilmu ekonominya.
Begitupun orang barat yang katanya jago dalam ilmu tekhnologi, harus didekati dan dipelajari cara berpikir mereka supaya bisa lebih maju dari mereka.
Kalau bisaaaaaaaa........
Bila kita ingin mempelajari ilmu bertani, maka kita harus belajar pada ahli bertani.
Dalam hal ini ya pak petani.
Gak mungkin kan kita bisa bertani tapi belajar pada ahli togel ?
Atau kita ingin belajar bertani sama Pak Tani, tapi Pak Taninya kita musuhi.
Kapan kita bisa bertaninya kalau begitu ?
________________
Kembali ke orang yang "anti china dan barat tadi..."
Katanya dia anti china, tapi saya lihat dia pakai hp nokia made-in China.
Katanya jangan mau diperbudak orang Barat, tapi dia gunakan tekhnologi yang jaringannya dan databasenya masih dipegang oleh orang-orang barat.
Ibarat kita tidak suka baunya tai, tapi baunya terus dicium sampe ketagihan baunya.
Sehari aja tu gak cium bau tai, kelabakkan kayak orang kecanduan namun gak punya stok narkoba.
Sebenarnya orang China bukan ahli ekonomi.
Tapi mereka lihai dalam mengelola ekonomi mereka.
Kalau kita bagaimana ?
Seharusnya kita pelajari cara mereka, kalau kita ingin sukses seperti mereka, orang China.
Bukan hanya hidup mengandalkan penghasilan hanya dari satu celah saja.
Apalagi hidup hanya menunggu kabar program BLT (Bantuan Langsung Tunai) dihidupkan kembali.
Kalau kata pak Presiden Jokowi,
"kerja...kerja...kerja..."
Kalau kata saya,
"kerja...kerja...kerja..lalu nikmati hasilnya...."
Saya perhatikan orang-orang China ini kalau berbisnis sangat fokus.
Untung sedikit aja diambil, daripada nunggu untung gede tapi gak tahu kapan terjadinya.
Saya perhatikan sahabat saya (keturunan Tionghoa), punya catatan khusus.
Setiap keuntungan sudah dia manajemen pembagiannya.
Sekian persen untuk nambah modal, sekian persen untuk biaya hidup, sekian persen untuk bayar cicilan, sekian persen untuk refreshing...
Ternyata rahasianya ada di "manajemen yang berprinsip"
Ada juga yang menggunakan trik ekonomi dengan semboyan
"modal dikit untung gede... kalau perlu tanpa modal.."
Biasanya yang seperti ini banyak main mata sama orang perbankan atau kelompok pemberi modal.
Mereka berani membagikan keuntungannya yang lebih besar untuk pihak yang telah memberikan pinjaman pada mereka.
Bagi mereka, biarlah dapat untung dikit, yang penting aman.
Sedangkan kita, pribumi ?
Hanya bisa menilai dari sisi saja, yakni sebuah sisi negatif yang mudah menumbuhkan kebencian.
Walau tidak semuanya (dari kita) seperti itu.
Sebenarnya banyak orang pribumi yang pintar dalam memanajemen perekonomian mereka sehingga menjadi orang sukses.
Tapi bila kita tetap memandang masalah kesenjangan ekonomi ini hanya dari sisi negatif saja, ya jadinya orang-orang keturunan Tionghoa ini yang akan selalu dicap sebagai penghancur perekonomian di negara ini.
Padahal andai saja semua warga negara di negeri ini memiliki mental yang bagus, terutama dalam bidang perekonomian, maka negara ini bisa menjadi negara maju.
Karena nasib perekonomian sebuah negara tergantung dari warga negaranya juga.
Bukan hanya menjadi warga negara yang rajin berkhayal akan datangnya sebuah keajaiban rezeqi namun malas untuk bergerak dan mrealisasikan khayalan itu agar menjadi sebuah kenyataan.
Andai saja khayalan kita selama ini agar memiliki perekonomian yang kuat (kaya raya) kita susun menjadi sebuah rencana yang matang, kemudian rencana itu kita realisasikan dengan mental yang kuat (tidak mudah menyerah) maka niscaya kita akan menikmati hasilnya tersebut.
Tidak hanya duduk lalu menuduh karena diselimuti rasa iri yang membabi buta.
Tidak hanya mengandalkan hidup hanya dari satu pintu rezeqi saja.
Tidak hanya menunggu uluran BLT (Bantuan Langsung Tunai) saja.
Tidak hanya menjadi warga "bersubsidi" saja.
Coba saja katakan "Tidaaakkk !!" pada subsidi.
Karena kita masih memiliki harga diri, masih memiliki tenaga dan mental yang kuat, agar menjadi orang yang sukses karena jerih payah kita sendiri.
Niscaya tak akan ada lagi lagi kesenjangan ekonomi yang bisa menumbuhkan kebencian, iri, dengki terhadap orang/etnis lain yang lebih sukses dari kita.
Yang ada akan terjadi sebuah persaingan yang sehat diantara kita dalam menumbuhkan perekonomian bangsa dan negara ini.
Sudah saatnya kita menutup sisi pemikiran negatif kita, dan membuka selebar mungkin sisi pemikiran positif kita dalam menjalankan kehidupan ini.
Karena segesit apapun kita bergerak, kesuksesan "yang halal" itu hanya akan didapatkan melalui sisi pemikiran yang positif.
Bukan melalui jalan sisi pemikiran yang negatif.
Silahkan perhatikan,
mereka yang telah sukses melalui jalan yang negatif kesuksesannya tidak bertahan lama.
Kalaupun berjalan lama. masa tuanya menyedihkan, atau keluarganya menjadi berantakkan.
Sedangkan mereka yang menjalankan kehidupannya selalu menggunakan sisi pemikiran yang negatif, sukses ataupun tidak sukses namun adem ayem, masa tuanya tenang, keluarganya penuh senyuman.
Silahkan mau pilih yang mana.......
Hidup selalu menggunakan sisi pemikiran yang negatif, yang dipenuhi sirik, dengki, dan kesombongan serta kebodohan, atau hidup selalu menggunakan sisi pemikiran yang positif, yang tenang, damai dan akur dengan sesama serta makin tua akan menjadi sosok yang makin bijak ???
Lagipula, apa sih gunanya kita membenci etnis lain karena nasib mereka yang berbeda dengan kita ?
Mendingan kita dekati mereka, kita pelajari ilmu (yang positifnya) dari mereka, kemudian kita kembangkan agar kita bisa menjadi lebih baik dari mereka.
======cell====17/10/2017===========
"bila surban dijadikan patokan tingkat keimanan dan kedudukkan seseorang, maka yang patut kita hormati adalah para pedagang surban di pasar, karena surbannya lebih banyak..."
"Kadang Syetan menipu kita melalui mata, menghasut kita melalui telinga.
Sehingga jalan pikiran kita kadang beradu argumen dengan hati nurani kita sendiri.
Bila ini sudah terjadi maka gunakanlah logika kita.
Bahwasanya kita diperintahkan untuk melakukan kebaikkan dan tetap berada di jalan kebaikkan, maka janganlah kita terpancing untuk melakukan keburukkan dan berpindah di jalan keburukkan"
"Siapapun bisa saja mencelakakan ku,
merusak nama baik ku, bahkan mungkin juga melenyapkan ku.
Tapi mereka tak akan pernah bisa membunuh jalan pikiranku.."
"Banyak yang mengharap Syurga tapi mereka sendiri menciptakan neraka untuk orang lain.
Pantaskah seperti itu ?"
"Aku hadir di dunia ini dengan sempurna.
Lalu melalui sebuah kejadian, Allah kurangi kesempurnaan ku tersebut.
Tumbuh dalam ketidak sempurnaan ini sering membuat ku sakit dan menangis.
Bahkan aku pernah membenci ketidak adilan-Nya ini.
Namun seiring waktu, dari setiap kejadian yang ku alami aku mendapat banyak pelajaran dari-Nya.
Tentang ilmu hidup dan kehidupan.
Tentang bagaimana seharusnya hidup sebagai manusia yang memiliki anugerah sifat manusiawi.
Dan aku akan tetap sebagai aku.
Walau mungkin sebagian dari mereka tak akan bisa menerima ku apa adanya.
Sebenarnya bukan karena hati ku yang keras sehingga mereka tak pernah bisa menerima orang seperti ku.
Tapi karena hati mereka yang terlalu sombong atas kelebihan yang mereka miliki.
Dan juga karena mereka terlalu bodoh dan malas untuk menerima fakta bahwa mereka sebenarnya sama seperti ku.
Aku dan mereka sama-sama memiliki kekurangan......"
=======cell=========
bersambung................................................................................................................................
Tuhan ciptakan kita semua dengan sebuah perencanaan yang matang.
Tuhan ciptakan kita semua dengan sebaik mungkin.
Tuhan sempurnakan kita dibalik segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki.
Dalam sebuah kekurangan (wujud), Tuhan sisipkan sebuah kelebihan.
Dalam sebuah kelebihan, Tuhan sisipkan sebuah kekurangan.
Itulah salah satu bukti keadilan Tuhan.
Jadi untuk apa kita sibuk menilai kekurangan orang lain, padahal kita sama-sama hasil karya-Nya ?
Jadi untuk apa kita marah saat kekurangan kita dihina oleh orang lain, toh pada hakekatnya bukan kita yang sedang dihina oleh mereka, tapi mereka sedang menghina kasil karya Tuhan.
Jadi secara tidak langsung, mereka mengatakan bahwa karya Tuhan itu jelek, dan mereka lebih baik.
Padahal yang menghina dan yang dihina adalah sama-sama karya Tuhan.
Bagaimana bisa seseorang yang diciptakan oleh Tuhan menghina hasil karya penciptanya sendiri.
Coba bayangkan, bila kita membuat sebuah karya seni.
Kita habiskan tenaga dan banyak waktu kita dalam proses pembuatan karya seni tersebut, agar mendapatkan hasil yang sempurna.
Kemudian setelah selesai, tiba-tiba datang seseorang dan menghina hasil karya seni yang telah kita buat tersebut.
Bagaimana perasaaan kita ?
Padahal kita sudah bersusah payah membuatnya, tapi malah dihina.
Begitupun dengan Tuhan.
Bayangkan perasaan-Nya saat hasil jerih payah-Nya (karya-Nya) kita hina.
Padahal Tuhan berkuasa penuh atas nasib kita ke depannya.
Masih berani mengaku takut dengan Tuhan tapi masih berani menghina hasil karya-Nya
========cell======15/10/2017=======
Suatu hari saat sedang duduk rame-rame sambil nongkrong di antara sejuknya hawa perkebunan teh Puncak.
Di depan kami melintas beberapa orang keturunan Tionghoa.
Tiba-tiba salah seorang sahabat dari sahabat ku berkata
"Dasar China kafir !!"
Rupanya mereka, orang-orang keturunan Tionghoa tersebut mendengar ucapan kasar tadi.
Mereka sempat melirik sebentar, kemudian cepat-cepat pergi dengan tergesa-gesa.
Aku bertanya kepada dia, orang yang baru berkata perkataan tersebut,
"Apa kamu membenci mereka ?"
Jawabnya "iya.." dengan berbagai alasan yang bagiku sangat munafik.
Karena dia begitu mudahnya mencap "kafir" dan mencap mereka (orang tionghoa) yang melintas tadi dengan berbagai hinaan dan penilaian yang sangat merendahkan martabat mereka sebagai manusia.
Kemudian aku tanya,
"Bagaimana kalau posisinya terbalik ?
Kita hidup di negara mereka, kemudian kita melintas di depan mereka , lalu salah satudari mereka menghina kita, padahal kita merasa kalau kita tak pernah punya masalah dengan mereka.
Bagaimana perasaan kita ?"
Responnya langsung meninggi.
Tapi sebelum suasana makin panas, salah satu sahabat ku (yang telah membawa orang tersebut ikut nongkrong bersama kami) langsung membawanya pergi dan menyuruhnya meninggalkan kami secepatnya.
Karena sahabat ku tahu, bila sahabat ku yang lain ikut merespon bisa membahayakan keselamatan sahabat yang dibawanya tersebut.
Kenapa saat orang tersebut menghina orang-orang keturunan Tionghoa yang melintas kemudian aku meresponnya ?
Tak sedikitpun ada niat dalam hati ini untuk menjadi seorang pembela.
Apalagi menjadi sok pintar dan sok jagoan.
Tapi aku teringat nasehat seseorang saat diperantauan.
Saat mencoba bertahan hidup di kota yang baru pertama kali ku singgahi.
Tanpa sanak saudara yang bisa membantu ku, bila terjadi sesuatu dengan ku.
Mencoba bertahan hidup dengan rezeqi seadanya yang ku dapat dari gaji yang jauh (kurang) dari kebutuhan hidup ku untk bisa bertahan hidup.
Saat mencoba mencari penghasilan tambahan.
Kadang kena palak juga.
Yang kemudian pernah ribut dengan tekad "menang atau kalah, hidup atau mati, yang penting benar".
Semua itu demi bertahan hidup di kota orang lain.
Hingga pernah suatu hari harus dihadapkan pada dua pilihan.
Korupsi uang bos atau kelaparan ?
Di saat itulah bertemu seorang Bapak-bapak yang numpang berteduh di depan tempat ku bekerja.
Disaat jenuh karena tidak ada pekerjaan, iseng-iseng aku keluar dan ngobrol ngaler-ngidul dengan Bapak tersebut.
Ternyata setelah ngobrol panjang lebar dan mendengar kisah hidup Bapak tersebut, aku mendapat banyak pelajaran dan berbagai nasehat bijak darinya.
"Semua manusia sama, sama-sama ciptaan Gusti Allah.
Kalau kita menghina ciptaan Gusti Allah, sama saja kita menghina hasil kerja keras Gusti Allah...
Mau yang hitam... mau yang putih.... mau yang belotot.... mau yang sipit..... mau yang bagaimanapun sama-sama ciptaan Gusti Allah...."
"Sebelum menghina orang lain karena sesuatu yang kita tidak suka darinya, cobalah bayangkan bila kita ada diposisinya, kemudian dihina oleh orang lain....
Apa yang kita rasakan ??"
"Kekurangan dan kelebihan yang tampak pada seseorang itu hanyalah cangkang...
dan cangkang itu adalah sebuah ujian...
Apakah isi dari cangkang tersebut sempurna atau tidak, hanya Gusti Allah yang tahu.
Tapi kalu kita ingin melihat gambarannya maka perhatikan sifat dan sikapnya.
Apakah lebih mendekati sikap dan sifat tauladan para Nabiyullah dan Rasulullah atau sifat dan sikap Syetan ?
Apakah lebih berat pada kebaikkan atau keburukkan ?
Apakah akan menciptakan manfaat atau madarat ?
Akan menciptakan kedamaian atau perpecahan ?
Karena cangkang banyak dimanfaatkan oleh Syetan untuk menipu yang awam.
Agar tidak mudah tertipu cangkang, maka jagalah jalan pikiran dan hati nurani.
Karena jalan pikiran dan hati nurani adalah dua benteng terakhir manusia dalam peperangannya menghadapi serangan pasukan Syetan.
Bila dua benteng ini sudah dikuasai pasukan Syetan, maka kalahlah dirimu sebagai manusia, dalam mempertahankan jati dirimu sebagai manusia.."
Dan masih banyak lagi nasehat-nasehat bijak lainnya, yang sebelumnya tidak sempat terpikir oleh ku.
Hingga, saat Bapak tersebut hendak pergi, karena penampilannya yang seperti pengemis (maaf), maka aku berniat memberikan uang jatah makan ku untuknya.
Tapi Bapak tersebut menolaknya dengan halus.
Katanya aku lebih membutuhkan uang itu daripada dirinya.
Dan malah dia yang memberi ku uang.
Cukup untuk biaya makan selama satu minggu, sampai akhir bulan.
Katanya itu rezeqi aku yang dititipkan melalui Bapak tersebut.
Bingung kan ??
Aku lebih bingung lagi saat itu .........
Masih banyak pengalaman aneh lainnya selama tinggal dan bertahan hidup di perantauan.
------------------------------------------------------------------------
Kembali ke
"....semua sama-sama ciptaan Gusti Allah...."
Jadi, apa karena orang lain berbeda dengan kita lalu kita berhak menghinakannya ?
Apa karena Ras/rumpun bangsa lain lebih sukses dari kita lalu kita berhak syirik dan membencinya ?
Dan apa karena ada orang lain seperti aku yang dianggap membela mereka (yang tak bersalah namun berbeda RAS) terus dicap sebagai "sok pahlawan, cari muka, antek mereka, dan lain sebagainya" ?
Kalau orang lain tersebut (mau berbeda atau sama RASnya) bersalah atau melakukan kesalahan, akupun tak mungkin membela mereka.
Karena bagiku,
"mau kawan ataupun lawan, kalau SALAH ya SALAH, kalau BENAR ya BENAR"
Karena aku tak mau bila suatu hari nanti harus berbenturan dengan kekuasaan Allah SWT.
Bagaimana bila ternyata orang yang kita cap kafir tapi dikemudian hari mendapat hidayah dari Allah SWT dan menjadi orang yang lebih beriman dari kita, kan bisa malu nanti di hadapan Allah SWT.
Berani-beraninya mendahului hak-hak pribadi Allah dan menilai rahasia-Nya sesuka hati.
Padahal tak sedikitpun kita mengetahui rahasia-Nya tersebut tentang nasib seseorang dikemudian hari.
Lalu kita menghina hasil karya Allah SWT karena kita tidak menyukainya.
Padahal kita sendiripun adalah hasil karya-Nya.
Bukannya bersyukur karena Allah memberikan kita kelebihan, malah menghina hasil karya-Nya yang lain.
Katanya takut sama Allah SWT, tapi kok malah menantang amarah-Nya ?
=============cell====15/10/2017======= Nah lhooooooo=======
SSSSSSSssssssssttttttttttt...........
Disini ada seorang tetangga yang kayaknya anti china dan barat banget.
Dia selalu ngotot, katanya ekonomi hancur gara-gara orang China.
Katanya kita diperbudak oleh orang barat, terutama Yahudi kafir.
UUUPSSS....!!
Maaf.... saya tidak sependapat dengan pemikiran itu.
Saya adalah warga Negara Indonesia, asli pribumi.
Pantrang bagi saya untuk membenci sebuah kaum sebelum jelas inti permasalahannya.
Saya akui, orang China jago dalam hal hal ekonomi.
Dan orang barat jago dalam hal pengembangan tekhnologi.
Bagi saya pribadi, orang china yang katanya jago dalam hal ekonomi bukan untuk dimusuhi.
Tapi didekati, kemudian dipelajari ilmu ekonominya.
Begitupun orang barat yang katanya jago dalam ilmu tekhnologi, harus didekati dan dipelajari cara berpikir mereka supaya bisa lebih maju dari mereka.
Kalau bisaaaaaaaa........
Bila kita ingin mempelajari ilmu bertani, maka kita harus belajar pada ahli bertani.
Dalam hal ini ya pak petani.
Gak mungkin kan kita bisa bertani tapi belajar pada ahli togel ?
Atau kita ingin belajar bertani sama Pak Tani, tapi Pak Taninya kita musuhi.
Kapan kita bisa bertaninya kalau begitu ?
________________
Kembali ke orang yang "anti china dan barat tadi..."
Katanya dia anti china, tapi saya lihat dia pakai hp nokia made-in China.
Katanya jangan mau diperbudak orang Barat, tapi dia gunakan tekhnologi yang jaringannya dan databasenya masih dipegang oleh orang-orang barat.
Ibarat kita tidak suka baunya tai, tapi baunya terus dicium sampe ketagihan baunya.
Sehari aja tu gak cium bau tai, kelabakkan kayak orang kecanduan namun gak punya stok narkoba.
Sebenarnya orang China bukan ahli ekonomi.
Tapi mereka lihai dalam mengelola ekonomi mereka.
Kalau kita bagaimana ?
Seharusnya kita pelajari cara mereka, kalau kita ingin sukses seperti mereka, orang China.
Bukan hanya hidup mengandalkan penghasilan hanya dari satu celah saja.
Apalagi hidup hanya menunggu kabar program BLT (Bantuan Langsung Tunai) dihidupkan kembali.
Kalau kata pak Presiden Jokowi,
"kerja...kerja...kerja..."
Kalau kata saya,
"kerja...kerja...kerja..lalu nikmati hasilnya...."
Saya perhatikan orang-orang China ini kalau berbisnis sangat fokus.
Untung sedikit aja diambil, daripada nunggu untung gede tapi gak tahu kapan terjadinya.
Saya perhatikan sahabat saya (keturunan Tionghoa), punya catatan khusus.
Setiap keuntungan sudah dia manajemen pembagiannya.
Sekian persen untuk nambah modal, sekian persen untuk biaya hidup, sekian persen untuk bayar cicilan, sekian persen untuk refreshing...
Ternyata rahasianya ada di "manajemen yang berprinsip"
Ada juga yang menggunakan trik ekonomi dengan semboyan
"modal dikit untung gede... kalau perlu tanpa modal.."
Biasanya yang seperti ini banyak main mata sama orang perbankan atau kelompok pemberi modal.
Mereka berani membagikan keuntungannya yang lebih besar untuk pihak yang telah memberikan pinjaman pada mereka.
Bagi mereka, biarlah dapat untung dikit, yang penting aman.
Sedangkan kita, pribumi ?
Hanya bisa menilai dari sisi saja, yakni sebuah sisi negatif yang mudah menumbuhkan kebencian.
Walau tidak semuanya (dari kita) seperti itu.
Sebenarnya banyak orang pribumi yang pintar dalam memanajemen perekonomian mereka sehingga menjadi orang sukses.
Tapi bila kita tetap memandang masalah kesenjangan ekonomi ini hanya dari sisi negatif saja, ya jadinya orang-orang keturunan Tionghoa ini yang akan selalu dicap sebagai penghancur perekonomian di negara ini.
Padahal andai saja semua warga negara di negeri ini memiliki mental yang bagus, terutama dalam bidang perekonomian, maka negara ini bisa menjadi negara maju.
Karena nasib perekonomian sebuah negara tergantung dari warga negaranya juga.
Bukan hanya menjadi warga negara yang rajin berkhayal akan datangnya sebuah keajaiban rezeqi namun malas untuk bergerak dan mrealisasikan khayalan itu agar menjadi sebuah kenyataan.
Andai saja khayalan kita selama ini agar memiliki perekonomian yang kuat (kaya raya) kita susun menjadi sebuah rencana yang matang, kemudian rencana itu kita realisasikan dengan mental yang kuat (tidak mudah menyerah) maka niscaya kita akan menikmati hasilnya tersebut.
Tidak hanya duduk lalu menuduh karena diselimuti rasa iri yang membabi buta.
Tidak hanya mengandalkan hidup hanya dari satu pintu rezeqi saja.
Tidak hanya menunggu uluran BLT (Bantuan Langsung Tunai) saja.
Tidak hanya menjadi warga "bersubsidi" saja.
Coba saja katakan "Tidaaakkk !!" pada subsidi.
Karena kita masih memiliki harga diri, masih memiliki tenaga dan mental yang kuat, agar menjadi orang yang sukses karena jerih payah kita sendiri.
Niscaya tak akan ada lagi lagi kesenjangan ekonomi yang bisa menumbuhkan kebencian, iri, dengki terhadap orang/etnis lain yang lebih sukses dari kita.
Yang ada akan terjadi sebuah persaingan yang sehat diantara kita dalam menumbuhkan perekonomian bangsa dan negara ini.
Sudah saatnya kita menutup sisi pemikiran negatif kita, dan membuka selebar mungkin sisi pemikiran positif kita dalam menjalankan kehidupan ini.
Karena segesit apapun kita bergerak, kesuksesan "yang halal" itu hanya akan didapatkan melalui sisi pemikiran yang positif.
Bukan melalui jalan sisi pemikiran yang negatif.
Silahkan perhatikan,
mereka yang telah sukses melalui jalan yang negatif kesuksesannya tidak bertahan lama.
Kalaupun berjalan lama. masa tuanya menyedihkan, atau keluarganya menjadi berantakkan.
Sedangkan mereka yang menjalankan kehidupannya selalu menggunakan sisi pemikiran yang negatif, sukses ataupun tidak sukses namun adem ayem, masa tuanya tenang, keluarganya penuh senyuman.
Silahkan mau pilih yang mana.......
Hidup selalu menggunakan sisi pemikiran yang negatif, yang dipenuhi sirik, dengki, dan kesombongan serta kebodohan, atau hidup selalu menggunakan sisi pemikiran yang positif, yang tenang, damai dan akur dengan sesama serta makin tua akan menjadi sosok yang makin bijak ???
Lagipula, apa sih gunanya kita membenci etnis lain karena nasib mereka yang berbeda dengan kita ?
Mendingan kita dekati mereka, kita pelajari ilmu (yang positifnya) dari mereka, kemudian kita kembangkan agar kita bisa menjadi lebih baik dari mereka.
======cell====17/10/2017===========
"bila surban dijadikan patokan tingkat keimanan dan kedudukkan seseorang, maka yang patut kita hormati adalah para pedagang surban di pasar, karena surbannya lebih banyak..."
"Kadang Syetan menipu kita melalui mata, menghasut kita melalui telinga.
Sehingga jalan pikiran kita kadang beradu argumen dengan hati nurani kita sendiri.
Bila ini sudah terjadi maka gunakanlah logika kita.
Bahwasanya kita diperintahkan untuk melakukan kebaikkan dan tetap berada di jalan kebaikkan, maka janganlah kita terpancing untuk melakukan keburukkan dan berpindah di jalan keburukkan"
"Siapapun bisa saja mencelakakan ku,
merusak nama baik ku, bahkan mungkin juga melenyapkan ku.
Tapi mereka tak akan pernah bisa membunuh jalan pikiranku.."
"Banyak yang mengharap Syurga tapi mereka sendiri menciptakan neraka untuk orang lain.
Pantaskah seperti itu ?"
"Aku hadir di dunia ini dengan sempurna.
Lalu melalui sebuah kejadian, Allah kurangi kesempurnaan ku tersebut.
Tumbuh dalam ketidak sempurnaan ini sering membuat ku sakit dan menangis.
Bahkan aku pernah membenci ketidak adilan-Nya ini.
Namun seiring waktu, dari setiap kejadian yang ku alami aku mendapat banyak pelajaran dari-Nya.
Tentang ilmu hidup dan kehidupan.
Tentang bagaimana seharusnya hidup sebagai manusia yang memiliki anugerah sifat manusiawi.
Dan aku akan tetap sebagai aku.
Walau mungkin sebagian dari mereka tak akan bisa menerima ku apa adanya.
Sebenarnya bukan karena hati ku yang keras sehingga mereka tak pernah bisa menerima orang seperti ku.
Tapi karena hati mereka yang terlalu sombong atas kelebihan yang mereka miliki.
Dan juga karena mereka terlalu bodoh dan malas untuk menerima fakta bahwa mereka sebenarnya sama seperti ku.
Aku dan mereka sama-sama memiliki kekurangan......"
=======cell=========
bersambung................................................................................................................................